Belajar
dari Kisah Tukang Kayu
Seorang tukang kayu yang sudah tua
bermaksud pensiun dari pekerjaannya di sebuah perusahaan konstruksi real
estate. Ia menyampaikan keinginannya tersebut pada pemilik perusahaan. Tentu
saja, karena tak bekerja, ia akan kehilangan penghasilan bulanannya, tetapi
keputusan itu sudah bulat. Ia merasa lelah. Ia ingin beristirahat dan menikmati
sisa hari tuanya dengan penuh kedamaian bersama istri dan keluarganya.
Pemilik perusahaan merasa sedih
karena akan kehilangan salah seorang pekerja terbaiknya. Ia lalu memohon pada
tukang kayu tersebut untuk membuatkan sebuah rumah untuk dirinya.
Tukang kayu mengangguk menyetujui
permohonan pribadi pemilik perusahaan itu. Tapi, sebenarnya ia merasa terpaksa.
Ia ingin segera berhenti. Hatinya tidak sepenuhnya dicurahkan. Dengan
ogah-ogahan ia mengerjakan proyek itu. Ia cuma menggunakan bahan-bahan
sekedarnya. Akhirnya selesailah rumah yang diminta. Hasilnya bukanlah sebuah
rumah baik. Sungguh sayang ia harus mengakhiri kariernya dengan prestasi yang
tidak begitu mengagumkan.
Ketika pemilik perusahaan itu datang
melihat rumah yang dimintanya, ia menyerahkan sebuah kunci rumah pada si tukang
kayu dan berkata “Ini adalah rumahmu, hadiah dari kami.”
Betapa terkejutnya si tukang kayu.
Betapa malu dan menyesalnya dia. Seandainya saja ia mengetahui bahwa rumah yang
ia kerjakan untuk dirinya sendiri, tentu ia akan mengerjakannya dengan
cara yang lain sama sekali. Kini ia harus tinggal di sebuah rumah yang tak
terlalu bagus hasil karyanya sendiri.
------------------------------------
Itulah yang terjadi pada
kehidupan kita.
Kadangkala, banyak dari kita yang
membangun kehidupan dengan cara yang membingungkan.
Lebih memilih berusaha ala kadarnya
ketimbang mengupayakan yang baik.
Bahkan, pada bagian-bagian
terpenting dalam hidup kita tidak memberikan yang terbaik.
Pada akhir perjalanan kita terkejut
saat melihat apa yang telah kita lakukan dan menemukan diri kita hidup di dalam
sebuah rumah yang kita ciptakan sendiri.
Seandainya kita menyadarinya sejak
semula kita akan menjalani hidup ini dengan cara yang jauh berbeda.
Kita semua adalah si tukang kayu
yang sedang membangun rumah untuk kita sendiri.
Maka mulai detik ini tentukanlah
Sahabatku, rumah seperti apa yang akan kita bangun,
apakah rumah tersebut menjadi Syurga
atau sebaliknya menjelma menjadi neraka.
Saat ini, setiap hari kita memukul
paku, memasang papan, mendirikan dinding dan atap, untuk rumah masa depan kita.
Mari kita selesaikan rumah kita
dengan sebaik-baiknya karena hanya dikerjakan sekali saja dalam seumur hidup.
Hidup kita esok hari adalah akibat
sikap dan pilihan yang kita perbuat hari ini.
Hari perhitungan adalah milik Tuhan,
bukan kita, karenanya pastikan kita pun akan masuk dalam barisan kemenangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar