Untaian huruf penuh makna
Menyelibungi setiap insan sejak lahir
Merasuk di relung jiwa
Dengan berbeda getaran untuk di ungkapkan
Jika " Ke-Ikhlasan "
Menyatu dengan aura jiwa
Semua ketidaksempurnaan
Menjadi Indah
Meluluh lantakan jiwa yg kering
Setiap langkah
Setiap kata
Setiap tatapan
Setiap sentuhan
Setiap belaian
adalah,
Dekapan kedamaian
Yang tak akan mudah di lupakan
dan terpartri membungkus memori
Sepanjang masa.
Jika " Ke-Inginan Memiliki "
Menyatu dengan aura jiwa
Bermulalah perang jiwa
Meluluhlantakkan jiwa yang damai
Terciptalah gelombang jiwa
Terkukunglah hati
Sempitlah rasa
Hilangkan indah
Yang ada hanya
Cemburu...
Setiap langkah, gontai
Setiap kata, tak bermakna
Setiap tatapan, hambar
Setiap sentuhan, tiada rasa
Setiap belaian, sukar untuk di terima
tiada lagi dekapan kedamaian
tiada lagi genggaman penuh makna
Yang ada,
Hanya keterpaksaan
Menjaga hati
Menjaga amarah
Untuk memastikan
Cinta tetap bersatu
Entah Sampai kapan.
Jika " Nafsu "
Menyatu dengan aura jiwa
Segala keindahan
Ingin di sentuh dan di rasa
Terciptalah kesombongan Cinta
Setiap langkah
Setiap kata
Setiap tatapan
Setiap sentuhan
Setiap belaian
adalah,
Pujian...
Untuk mendapatkan dekapan
Untuk memuaskan jiwa
Tiada lagi rasa getaran jiwa
Maka musnalah
Makna CINTA yang agung
Yang ada hanya jiwa-jiwa yang kering
Hiduplah pada hari ini tanpa kesedihan, gangguan, kemarahan, kedengkian dan kebencian atau sakit hati.
Senin, 10 Februari 2014
Rabu, 05 Februari 2014
TERSERAH
awal pagi
awal merubah takdir
mau kemana terserah diri
jangan peduli
dengan cobaan
jangan peduli
dengan caci maki
jangan peduli
dengan cemohan
jangan berangan gagal
jangan resah
jangan gelisah
kalaupun gagal
kehidupan juga nggak berhenti
kalaupun sukses
kehidupan juga nggak berhenti
mau kemana terserah diri
mau miskin
ayok kita tidur
mau kaya
ayok kita bekerja
kegagalan
jangan salahkan orang lain
kejayaan
jangan tergantung orang lain
percaya pada nilai diri sendiri
karena ianya ( nilai diri ) tidak pernah hilang
meskipun berada di mana tempat
mati,
yang menentukan takdir diri
saat itu kita tahu nilai diri
mati miskin,
takdirnya jadi orang miskin
orang kaya mati karena bangkrut
takdirnya jadi orang miskin
berandal mati ketabrak mobil
karena menolong anak kecil nyebrang jalan
takdirnya ia orang baik
ustad mati berzina
takdirnya masuk neraka
...jadi, saat mati kita keadaan bagaimana
itu takdir dan nasib di tentukan
selagi masih hidup
selagi masih banyak waktu
selagi masih bisa berusaha
selagi banyak kesempatan
ubahlah takdir
dengan hasil yang terbaik setiap saat
sampai mati menjemput entah kapan
"..mau jadi apa terserah diri sendiri.."
awal merubah takdir
mau kemana terserah diri
jangan peduli
dengan cobaan
jangan peduli
dengan caci maki
jangan peduli
dengan cemohan
jangan berangan gagal
jangan resah
jangan gelisah
kalaupun gagal
kehidupan juga nggak berhenti
kalaupun sukses
kehidupan juga nggak berhenti
mau kemana terserah diri
mau miskin
ayok kita tidur
mau kaya
ayok kita bekerja
kegagalan
jangan salahkan orang lain
kejayaan
jangan tergantung orang lain
percaya pada nilai diri sendiri
karena ianya ( nilai diri ) tidak pernah hilang
meskipun berada di mana tempat
mati,
yang menentukan takdir diri
saat itu kita tahu nilai diri
mati miskin,
takdirnya jadi orang miskin
orang kaya mati karena bangkrut
takdirnya jadi orang miskin
berandal mati ketabrak mobil
karena menolong anak kecil nyebrang jalan
takdirnya ia orang baik
ustad mati berzina
takdirnya masuk neraka
...jadi, saat mati kita keadaan bagaimana
itu takdir dan nasib di tentukan
selagi masih hidup
selagi masih banyak waktu
selagi masih bisa berusaha
selagi banyak kesempatan
ubahlah takdir
dengan hasil yang terbaik setiap saat
sampai mati menjemput entah kapan
"..mau jadi apa terserah diri sendiri.."
Selasa, 04 Februari 2014
Minggu, 02 Februari 2014
RENUNGAN INDAH
Seringkali aku berkata,
Ketika semua orang memuji milikku
Bahwa sesungguhnya ini hanyalah titipan
Bahwa mobilku hanyalah titipan-Nya
Bahwa rumahku hanyalah titipan-Nya
Bahwa hartaku hanyalah titipan-Nya
Bahwa putraku hanyalah titipan-Nya
Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya:
Mengapa Dia menitipkan padaku ?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku ?
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk
milik-Nya itu ?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku ?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu
diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
Kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka
Kusebut itu sebagai panggilan apa saja untuk melukiskan
kalau itu adalah derita
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa
nafsuku
Aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak popularitas, dan
kutolak sakit,
kutolak kemiskinan,
seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku
Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti
matematika:
Aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh
dariku, dan nikmat dunia
kerap menghampiriku.
kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku",
dan menolak keputusan-Nya yang tak sesuai keinginanku
Gusti,
Padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanya untuk
beribadah.
"Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan
keberuntungan sama saja"
Langganan:
Postingan (Atom)